Humaniora

Dosen UB menciptakan eteral blenderized untuk memenuhi gizi pasien melalui sonde.

Malang, Jawa Timur (INFOSELEB) – Dosen Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Brawijaya, Leny Budhi Harti, S.Gz., M.Si.Med., Dietisien, menciptakan terobosan dalam bidang pemenuhan gizi berupa formula.

Leny di Kota Malang, Jawa Timur, Jumat, mengatakan penelitian formula tersebut dimulai sejak 2017. “Penelitian ini muncul karena ada beberapa masalah terkait pemenuhan gizi,” ujarnya.

Formula ini dirancang untuk pasien dalam kondisi kritis dan diberikan dalam bentuk cair melalui selang yang dimasukkan melalui nasal dan bermuara di lambung maupun usus. Pembuatan formula tersebut memanfaatkan bahan makanan yang mudah didapat sehari-hari, seperti susu skim, madu, dan putih telur.

Masing-masing bahan memiliki kelebihan tersendiri. Misalnya, minyak VCO dikenal mengandung asam lemak rantai sedang. “Secara metabolisme, asam lemak rantai sedang lebih cepat diserap daripada asam lemak rantai panjang,” jelasnya.

Selain itu, susu skim rendah lemak dan tinggi protein, sementara putih telur memiliki nilai biologis yang lebih baik dibandingkan sumber protein lainnya. “Formula ini tidak hanya diberikan melalui selang, tetapi juga bisa dikonsumsi secara oral jika pasien sudah siuman dan membutuhkan makanan cair,” tambahnya.

Awalnya, formula ini dibuat dalam bentuk cair, namun pada tahun 2019, Leny mengembangkannya menjadi bentuk bubuk. “Harapannya, penyimpanan dalam bentuk bubuk bisa lebih lama dibandingkan dengan bentuk cair,” katanya.

Saat ini, inovasi tersebut sedang menjalani proses uji klinis di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta sejak tahun 2022. Pengujian ini tidak berjalan tanpa kendala. Leny menghadapi banyak tantangan, mulai dari situasi pandemi COVID-19 hingga jumlah sampel yang diuji mencapai ratusan.

“Uji klinis sudah berjalan lebih dari satu tahun dua bulan dan belum selesai karena jumlah sampel mencapai 176 orang. Selain itu, kami juga harus mendapatkan lembar persetujuan dari pasien yang menyatakan kesediaan mereka untuk menerima formula ini,” ungkapnya.

Leny berharap formula tersebut dapat diproduksi secara massal sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. “Produksi formula ini membutuhkan perizinan dari BPOM dan sertifikat Halal. Namun, yang utama adalah mendapatkan rekanan industri untuk produksi secara massal, baik dalam bentuk bubuk maupun cair yang siap dikonsumsi,” ujarnya.

Pewarta: Ananto Pradana

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button