Bapanas: Pola makan B2SA solusi optimalisasi gizi remaja Indonesia.

Sudah saatnya kita mengubah pola pikir dari sekadar makan kenyang menjadi makan bergizi.
Jakarta (INFOSELEB) – Badan Pangan Nasional (Bapanas) menekankan bahwa konsep pola makan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA) penting untuk selalu diterapkan guna mendukung pengoptimalan asupan gizi generasi remaja Indonesia.
Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan Bapanas Rinna Syawal mengatakan bahwa menerapkan pola makan B2SA sejak dini bukan lagi sekadar pilihan tetapi kebutuhan untuk mendukung generasi penerus bangsa yang sehat dan berdaya saing.
“Sudah saatnya kita mengubah pola pikir dari sekadar makan kenyang menjadi makan bergizi,” katanya pada Webinar Nutrisi Tepat untuk Generasi Hebat yang diselenggarakan secara daring oleh Direktorat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) sebagaimana keterangan di Jakarta, Jumat.
Menurutnya, remaja di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada dalam periode emas pertumbuhan yang membutuhkan asupan gizi tinggi.
Hanya saja kebiasaan konsumsi makanan cepat saji dan minim gizi masih menjadi tantangan untuk generasi muda saat ini. Oleh karenanya, pemerintah melalui Bapanas terus menggencarkan pemahaman konsep pola makan B2SA untuk mendukung asupan gizi generasi muda.
Dalam webinar itu, dia memaparkan, berdasar data yang telah dihimpun Bapanas tahun 2024, konsumsi sayur dan buah di Indonesia termasuk di kalangan remaja, masih rendah di bawah angka minimal 400-600 gram per hari sesuai standar WHO. Berbanding terbalik dengan tingginya tingkat konsumsi Gula, Garam dan Lemak (GGL).
“Pola konsumsi yang tidak seimbang tersebut akhirnya berakibat pada meningkatnya risiko obesitas, diabetes, dan anemia pada generasi muda,” ucapnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa pola konsumsi pangan mayoritas masyarakat saat ini masih bergantung pada beras. Diversifikasi pangan diharapkan menjadi perhatian.
“Untuk sumber karbohidrat lokal saja, Indonesia memiliki lebih dari 77 jenis, seperti sagu, jagung, ubi, dan sukun yang kaya nutrisi. Sayur ada 228 jenis, sedangkan buah 389 jenis,” tuturnya.
Dikatakan, adanya keberagaman konsumsi pangan tidak hanya akan meningkatkan nilai gizi tetapi juga mendukung ketahanan pangan nasional.
Lebih lanjut Rinna menuturkan, pola konsumsi pangan yang baik dan benar dapat menjadi kebiasaan dengan sinergi antara sekolah, keluarga, dan pemerintah.
“Program-program yang telah dijalankan Bapanas seperti B2SA Goes to School membantu mengedukasi para pelajar tentang pentingnya pola konsumsi tersebut,” ucapnya.
Dengan pendekatan yang kreatif dan kolaborasi aktif antar lembaga, diharapkan semakin banyak generasi muda yang menerapkan pola makan B2SA demi terwujudnya individu yang lebih sehat, cerdas, aktif dan berdaya saing.
Sementara itu, menurut data Kementerian Kesehatan di tahun 2024, sebanyak 20,74 persen remaja putri di Indonesia telah terkena anemia.
“Generasi Z yang sekarang masih duduk di bangku SMP, kelak yang akan memimpin negara kita. Bagaimana mereka bisa menjadi anak produktif dan memberi sumbangsih bagi negara jika malnutrisi dan tidak disupport dengan asupan gizi memadai sedari sekarang,” kata Direktur SMP Kemendikdasmen Maulani Mega Hapsari.
Kegiatan itu diikuti seluruh Kepala Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP), Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP), Kepala Dinas Pendidikan kabupaten/kota, serta pegawai pengajar tingkat SMP se-Indonesia.
Pewarta: Muhammad Harianto