Fadli Zon luncurkan buku “Buitenzorg pada Sekeping Kartu Pos”

Kota Bogor (INFOSELEB) – Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon meluncurkan buku “Buitenzorg pada Sekeping Kartu Pos” pada pameran kartu pos di Museum Balai Kirti Galeri Kebangsaan, Kompleks Istana Kepresidenan, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis.
“Melalui buku ini juga kita ingin mengungkapkan sejarah di masa lalu bagaimana perkembangan terutama di masa kolonialisme,” kata Fadli Zon saat peluncuran buku.
Buku yang ia tulis bersama Sekjen Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI) Mahpudi Sulaiman itu menggambarkan kondisi Buitenzorg atau sebutan Bogor pada masa kolonial Hindia Belanda.
Dalam buku yang diluncurkan tersebut terdapat 179 kartu pos bergambar Hindia Belanda yang diproduksi pada tahun 1890-1930 dan menampilkan pemandangan di Bogor, termasuk Istana Bogor hingga kawasan Puncak.
“Ini memotret berbagai perkembangan wilayah geografis, sosiokultural, pemandangan-pemandangan, gunung-gunung, taman-taman yang ada di Bogor,” paparnya.
Fadli Zon menjelaskan, kartu pos merupakan benda filateli yang menjadi alat komunikasi di masa lalu untuk memberikan satu potret kenangan kepada sejawat, tentang wilayah yang dikunjungi.
Menurut dia, kartu pos juga merupakan benda filateli yang kini banyak digemari generasi muda, karena begitu banyak informasi di dalamnya.
“Kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung kegiatan ini sehingga kita bisa ada peluncuran buku, kemudian ada pameran dari kartu pos bergambar aslinya,” ujar Fadli Zon.
Sementara Sekjen PFI Mahpudi Sulaiman menekankan filateli bukan hanya sekadar koleksi, melainkan juga alat edukasi yang mampu memperkenalkan sejarah kepada generasi muda.
“Ini bisa menjadi cara baru bagi siswa untuk memahami sejarah melalui benda-benda filateli,” ujarnya.
Mahpudi juga menyebut filateli adalah cikal bakal media sosial. Pada masanya, kartu pos digunakan untuk menyampaikan kabar singkat kepada keluarga atau sahabat, serupa dengan cara orang saat ini berkomunikasi melalui media sosial.
“Filateli adalah alat komunikasi lintas zaman. Dengan memahami sejarahnya, kita bisa melihat bagaimana masyarakat berkomunikasi dan menyebarkan informasi di masa lalu,” terangnya.
Pewarta: M Fikri Setiawan