Ekonomi

Kementerian ESDM susun direktorat baru untuk percepat transisi energi

Kami di internal sekarang sedang melakukan penyusunan struktur organisasi baru untuk mendorong upaya transisi energi agar bisa lebih cepat

Jakarta (INFOSELEB) – Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana menyampaikan sedang menyusun direktorat baru yang akan ditambahkan ke struktur organisasi Kementerian ESDM guna mempercepat transisi energi.

“Kami di internal sekarang sedang melakukan penyusunan struktur organisasi baru untuk mendorong upaya transisi energi agar bisa lebih cepat,” ucap Dadan dalam Sosialisasi Peraturan Menteri ESDM Nomor 5 Tahun 2025, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa.

Direktorat baru tersebut merupakan pecahan dari Direktorat Aneka Energi Baru Terbarukan (EBT), yang saat ini bertanggung jawab terhadap 10 jenis EBT. Kesepuluh EBT tersebut meliputi pembangkit listrik tenaga air, minihidro, mikrohidro, tenaga surya, tenaga bayu, arus laut, sampah, surya atap, surya terapung, dan gasifikasi batubara.

“Aneka EBT ngurusin 10 jenis EBT selain panas bumi dan selain bioenergi. Sepuluhnya itu ada di Aneka EBT. Kami lagi berpikir untuk memecah supaya ada direktur yang baru di situ,” kata Dadan.

Menilai arah transisi energi cenderung kepada kelistrikan, Dadan berencana untuk memasukkan direktorat baru tersebut di bawah Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan.

“Jadi, kami juga sedang melihat di Ditjen Gatrik, apakah secara struktur memungkinkan (untuk ditambah) karena di sana baru ada tiga direktur. Kami sedang mengkaji satu direktorat baru untuk mendukung upaya-upaya percepatan transisi energi,” ucapnya.

Dalam kesempatan tersebut, Dadan juga menyampaikan bahwa pemerintah tetap menjaga komitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan berkontribusi dalam mengatasi perubahan iklim.

Apabila Net Zero Emission 2060 dapat dicapai lebih cepat, Dadan melihat hal tersebut dapat meningkatkan daya saing Indonesia di internasional.

“Banyak yang udah bilang bahwa kalau kita tidak mendorong EBT, daya saing kita akan turun,” kata Dadan.

Ia merujuk kepada pesatnya perkembangan perekonomian di Vietnam. Menurut Dadan, penyebab tingginya industri yang bergerak ke Vietnam karena negara tersebut dapat menyediakan energi yang lebih bersih daripada Indonesia.

“Tetapi kita punya kesempatan untuk merebut kembali posisi itu,” ucap Dadan.

Pewarta: Putu Indah Savitri

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button