Bapanas upayakan stabilisasi harga cabai dengan GPM dan FDP

Jakarta (INFOSELEB) – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengupayakan stabilisasi harga cabai dengan gerakan pangan murah (GPM) dan fasilitasi distribusi pangan (FDP) untuk memastikan pasokan yang cukup serta harga yang terjangkau bagi masyarakat selama Ramadhan hingga Lebaran 2025.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan bahwa pihaknya bersama dinas pangan provinsi dan kabupaten/kota melaksanakan kegiatan gerakan pangan murah serta mendorong gerakan jual cabai harga petani yang digagas Kementerian Pertanian agar turut merambah ke wilayah yang bukan sentra produksi.
“Ini yang kita terus dorong untuk penstabilan cabai, terutama di Lombok Tengah dan Mataram,” kata Arief dalam keterangan di Jakarta, Senin.
Dia menyampaikan bahwa pemerintah bertindak cepat untuk berupaya menstabilkan harga cabai yang belakangan mengalami fluktuasi di beberapa daerah, seperti di Kabupaten Lombok Tengah dan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Untuk mendukung upaya penstabilan itu, lanjut Arief, Bapanas berkoordinasi secara simultan untuk mengadakan stabilisasi pasokan dan harga pangan cabai.
Dia menyebutkan bahwa berdasarkan data dari Panel Harga Pangan Bapanas per 7 Maret 2025, indeks harga cabai rawit merah telah berada 49,97 persen melebihi Harga Acuan Penjualan (HAP) di tingkat konsumen. Rata-rata harga secara nasional untuk cabai rawit merah berada di harga Rp85.482 per kilogram (kg).
Selain GPM, kata Arief, Bapanas juga akan upayakan penstabilan harga cabai dengan program fasilitasi distribusi pangan (FDP).
“Ini karena pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus hadir untuk masyarakat dapat membeli pangan pokok dengan harga baik. Jadi skema kerja sama antar daerah yang surplus dengan daerah yang sedang defisit bisa dengan FDP ini,” jelasnya.
Lebih lanjut, Arief mengatakan bahwa sebagaimana yang tersampaikan dalam Rapat Koordinasi SPHP cabai (5/3) penyebab terjadinya fluktuasi harga cabai dikarenakan ketersediaan yang terbatas di Lombok Tengah dan bukan termasuk daerah sentra produksi cabai.
“Pasokan pun didatangkan dari Lombok Timur dengan harga Rp180.000 per kg,” terangnya.
Sementara produksi cabai turut mengalami depresiasi akibat faktor musim hujan, sehingga terpaksa ada libur petik. Terlebih tidak semua petani cabai yang memiliki fasilitas green house, sehingga berpengaruh pada tumbuh kembang tanaman cabai.
“Cabai itu kalau hujan, bunganya rontok, sehingga tidak bisa sampai berbuah. Pemerintah ke depannya akan lebih mendorong petani cabai bisa menerapkan cungkup atau green house-nya. Dengan terapan itu bisa membantu tanaman cabai sampai bisa dipanen 20 kali,” kata Arief.
Terpisah, Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan pasokan cabai di Nusa Tenggara Barat (NTB) kembali normal setelah sempat berkurang akibat libur panen awal Ramadhan dan faktor cuaca, yang mengakibatkan harga cabai rawit merah sempat mencapai Rp200.000 per kilogram (kg).
“Dengan pulihnya pasokan, harga cabai rawit merah di pasaran diperkirakan segera stabil,” kata Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementan Andi Muhammad Idil Fitri dalam keterangan di Jakarta, Kamis (6/3).
Dia menegaskan bahwa produksi cabai secara keseluruhan dalam kondisi aman. Ia juga menyatakan bahwa Kementan telah berkoordinasi dengan para Champion Cabai untuk memastikan distribusi berjalan lancar.
“Kami sudah menugaskan Champion Cabai binaan untuk segera mendistribusikan pasokan ke pasar. Dengan langkah ini, pasokan akan kembali normal dan harga cabai melandai,” jelas Idil.
Selain libur panen, hujan deras juga menjadi faktor yang menyebabkan petani menunda panen sehingga sempat mempengaruhi ketersediaan cabai di pasar.
Namun, Idil memastikan bahwa kondisi itu hanya sementara, dan saat ini pasokan sudah kembali normal, terutama di beberapa sentra produksi.
Pewarta: Muhammad Harianto